Meningkatkan Daya Saing Pelaku Usaha Perempuan Basis, Asosiasi PPSW Mendampingi Pelatihan Pemasaran secara Online
Asosiasi Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita didukung oleh BNP Paribas Management melakukan pendampingan kepada para perempuan muda dan pelaku usaha di desa untuk mampu meningkatkan mutu dan daya hasil produk yang dihasilkan dan juga mampu memasarkan produk nya melalui digital. Di masa pandemic covid19 saat ini memaksa setiap orang untuk beradaptasi memanfaatkan teknologi untuk beraktivitas tidak terkecuali juga untuk para pelaku UMKM. Di era digital memasarkan produk hingga ke luar daerah bukan lah hal yang sulit dilakukan, saat ini para pelaku UMKM dapat memanfaatkan media sosial hingga marketplace untuk mempromosikan produk nya secara online.
Pendampingan kepada pelaku usaha perempuan telah dilakukan sejak November 2020 dan berakhir pada Februari 2021. Pendampingan ini telah dilakukan di 4 provinsi yaitu, Jakarta, Banten, Kalimantan Barat dan Aceh. Dimana masing-masing wilayah diikuti oleh 5 orang pelaku usaha senior dan juga 10 orang perempuan muda untuk membantu pemasaran dengan memanfaatkan media sosial dan marketplace.
Fitriani Sunarto selaku Sekretaris Executive Asosiasi PPSW menjelaskan, pelatihan dan pendampingan yang dilakukan merupakan upaya untuk mendorong produk-produk dari perempuan pelaku usaha yang telah didampingi oleh Asosiasi PPSW dapat semakin dikenal luas tidak hanya ditingkat local namun juga ditingkat nasional dengan memanfaatkan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Para perempuan pengusaha dengan pengalamannya yang panjang dalam bidang produksi dikolaborasikan dengan anak-anak muda yang sangat adaptif dengan teknologi komunikasi, diharapkan dapat mempromosikan produk pelaku usaha secara lebih luas sehingga dapat meningkatkan pendapatan para pengusaha perempuan sekaligus mendorong munculnya pengusaha-pengusaha perempuan muda di masa depan.
Walaupun pendampingan ini dilakukan dalam waktu yang sangat singkat, akan tetapi dampak program ini telah dirasakan oleh para pelaku usaha perempuan akar rumput. Terlebih covid19 yang sudah terjadi selama 1 tahun, membuat para pelaku usaha kehilangan hampir 50% pendapatan nya. Dimana pada umumnya mereka menjajakan produk nya di pasar ataupun membuka lapak di jalan. Dengan adanya peraturan pembatasan aktivitas dan berkumpul tentu membuat lapak-lapak jualan mereka jarang dihampiri pembeli dan ditambah dengan daya beli masyarakat yang menurun saat ini.
Seperti salah satu pelaku usaha keceprek dari Banten, bu Enah Suhaenah. Sebelum ada Covid19, bu Enah dapat menjual keceprek 5-6 kuintal/bulan tetapi setelah adanya covid19 penjualan nya turun dan hanya bisa menjual 2 – 2.5 kuintal setiap bulan nya. Saat ini penjualan keceprek bu Enah sudah kembali normal karena telah mengikuti dampingan dari PPSW Pasoendan yang merupakan salah satu lembaga anggota Asosiasi PPSW.
Bu Enah Suhaenah salah satu dari 5 pelaku usaha yang didampingi di daerah Banten, dengan usia nya yang menginjak 58 tahun menggunakan teknologi digital untuk mempromosikan usahanya secara digital adalah hal yang sangat sulit dilakukan. Akan tetapi saat ini memasarkan usaha nya hingga seluruh Indonesia bukan lah hal yang mustahil dilakukan berkat strategi dari PPSW Pasoendan. Seluruh para pelaku usaha perempuan di Banten adalah pembuat keceprek. PPSW Pasoendan mengambil strategi dengan membuatkan 1 merk yang sama yaitu keceprek “RATU”, selain itu dibentuk 1 tim yang terdiri dari 10 orang perempuan muda yang membantu promosi di media sosial dan marketplace. “Setiap orang akan memegang peranan menjadi admin marketplace, ig, fb, stockiest dan keuangan.” Diharapkan dengan adanya pembagian peran ini promosi di media sosial dan marketplace menjadi lebih efektif dan menghasilkan penjualan yang baik” Ujar Viva selaku staff PPSW Pasoendan.
Setiap daerah sasaran dampingan memiliki strategi tersendiri untuk menjalankan pendampingan nya. Dan strategi pendampingan disesuaikan dengan keadaan para pelaku usaha serta anak muda nya.