Cara Ibu Rumah Tangga Atur Keuangan
KORAN SINDO. Perempuan dalam keluarga berperan penting. Karena itu, kaum hawa ini dituntut bukan hanya piawai dalam urusan dapur dan mengurus anak, tetapi juga mengatur keuangan.
Pada era kontemprer seperti saat ini, setiap individu harus pandai mengatur keuangan termasuk perempuan dalam sebuah keluarga. Sebab pengeluaran anggaran yang berubah-ubah setiap bulan menuntut mereka berpikir alternatif agar tabungan tidak kosong dan kebutuhan domestik yang lain tetap terpenuhi.
Apalagi, seorang ibu harus menyiapkan biaya pendidikan bagi anak-anaknya dan anggaran kesehatan bagi semua individu yang ada dalam keluarga. Agar tidak merasa kesulitan mengatur keuangan, perempuan harus pintar mengelola keuangan keluarga dengan cara berinvestasi.
Program Officer Asosiasi Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW) Helga Dyah Vianinditasari mengatakan, untuk menjadi perempuan yang cerdas mengatur keuangan, pertama-tama harus mengetahui berapa total pendapatan dan pengeluaran keluarga, Jika sudah tahu dari mana saja sumber-sumber pendapatannya dan apa kebutuhan yang harus dipenuhi dalam satu bulan ke depan, selanjutnya bisa dibuat anggaran keluarga.
“Sumber-sumber pendapatan itu direkap, lalu dibuat daftar kebutuhan apa saja. Sehingga dimungkinkan ada sisa dan bisa ditabung untuk kebutuhan tak terduga” ujar Helga kepada KORAN SINDO beberapa waktu lalu.
Hal yang lebih penting dari itu lanjut Helga, sebelum melakukan rekap anggaran keuangan, perempuan juga bisa merencanakan pengelolaan keuangan keluarga itu dengan pasangan, anak, bahkan jika diperlukan dengan kerabat. Pasalnya, jika tidak ada komunikasi satu sama lain, perencanaan keuangan tersebut bisa tidak terlaksana dengan baik.
Helga menambahkan, apalagi bagi kelompok perernpuan yang berada diusia 40 tahun keatas. Penting bagi mereka untuk menyiapkan biaya pendidikan untuk anak-anaknya dan biaya kesehatan bagi diri sendiri. Karena jika tidak seperti itu, perempuan akan mengalami kesulitan keungan pada masa pensiun.
“Karena itu, mulai sekarang kaum perempuan harus punya lahan pendapatan sendiri, baik menjadi profesional maupun berwirausaha. Dengan begitu.pengelolaan keuangan bisa dilakukan serta biaya pendidikan dan kesehatan bagi anak terjamin dengan baik,” ungkap Helga.
Pentingnya kalangan perempuan untuk bisa merencanakan keuangan diperhatikan secara khusus oleh perusahaan perbankan. Citi Indonesia melalui Citi Peka bekerjasama dengan PPSW, menyelenggarakan pendidikan finansial bagi kalangan perempuan yang berusia diatas 40 tahun.
Menurut salah seorang trainer dari PPSW Jakarta.Titik Suryatmi, pendidikan finansial bagi perempuan memiliki tujuan jangka panjang. Mereka diberikan pendidikan ini agar mendapatkan pengetahuan dan keahlian praktis terkait manajemen keuangan pribadi, tabungan, pengelolaan utang, dan kebebasan ftnansial pada usia lanjut.
“Program yang dijalankan selama enam bulan ini mengangkat enam tema keuangan yang berbeda setiap bulan, yaitu penilaian diri dan menatap masa depan, membuat anggaran dan tabungan, jaringan perlindungan keuangan, pinjaman dan hutang, investasi serta rencana keuangan. Tema-tema itu berkaitan dengan kehidupan mereka sehari-hari” kata titik dalam press release yang dikirimkan kepada KORAN SINDO.
Sementara Head of Corporate Affairs Citi Indonesia Agung Laksamana mengungkapkan, pendidikan keuangan diberikan bagi kalangan perempuan agar mereka semakin pandai mengelola keuangan pribadi dan keluarga. Bagi mereka yang sudah memiliki usaha, pendidikan keuangan berguna untuk mempelajari strategi-strategi perluasan jaringan.
“Jadi, jika perempuan yang punya usaha sebelumnya beromset 5%, bisa naik menjadi 10% atau bahkan 20%, karena sudah pandai memperluas jaringan usahanya. Sementara bagi kalangan perempuan yang tidak punya usaha, bisa memulai menjadi wiraswasta atau keuangannya ditabung saja” ungkap Agung.
Dengan pendidikan finansial, kalangan perempuan diharapkan mampu memahami dan mengubah pola pikir menuju pengelolaan keuangan yang baik serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehan-hari, seperti adanya peningkatan jumlah tabungan, investasi, dan mampu mengepakkan sayap usaha mereka.
“Dengan begitu, perempuan bisa berlaku mandiri dalam rnasalah keuangan. Perempuan tidak lagi bergantung pada keuangan suami. Mereka bisa menghasilkan uang sendiri dengan berinvestasi dan berwirausaha,” pungkas Agung. (nafi’ mathohirin)
Sumber: KORAN SINDO, 29 Juni 2013