Pemberdayaan Masyarakat dalam Era Global
Oleh: Ir. Sovia Emmy, MMA
Pengantar
Dalam era CHAFTA tidak bisa dihindari kita menghadapi persaingan bukan saja dengan bangsa luar, tetapi juga dengan masyarakat sendiri. Saat ini saja sudah kelihatan masyarakat lebih memilih untuk membeli produk luar yang menurutnya lebih baik dengan harga yang relatif sama bahkan lebih murah dan terlebih lagi membelinya merasa lebih bergengsi. Bila keadaan ini terus demikian bisa jadi produk bangsa sendiri tidak laku di dalam negeri. Mungkin ada sesuatu dengan pemberdayaan masyarakat. Bagaimana menyikapi pemberdayaan masyarakat dalam menghadapi perubahan dunia yang begitu cepat ? tulisan ini mengulas tentang pemberdayaan masyarakat dan bagaimana menyikapinya.
Konsep Pemberdayaan Masyarakat
Pembangunan daerah pada hakekatnya adalah memberdayakan masyarakat di seluruh daerah sehingga tercipta lingkungan yang membuat masyarakat dapat menikmati kualitas hidup lebih baik, aman, serta memperluas masyarakat untuk memilih bagi peningkatan harga diri ( Dadang Solihin, 2011). Tujuan pemberdayaan adalah :
- Peningkatan standard hidup
- Meningkatkan percaya diri
- Peningkatan kebebasan setiap orang
Bagaimana pemberdayaan masyarakat dilakukan ? Mari kita menengok pada konsep Community Based Development (CBD) yang banyak digunakan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat.. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu kegiatan ’empowering’ masyarakat dengan memberikan motivasi dan dorongan kepada masyarakat agar mampu menggali potensi dirinya dan berani bertindak memperbaiki kualitas hidupnya. CBD berfokus pada masalah dari masyarakat itu sendiri.
Ada 3 karakter utama dari CBD yaitu : 1) CBD berbasis sumber daya masyarakat, 2) CBD berbasis partisipasi masyarakat dan 3) CBD berkelanjutan.
Ada 5 prinsip dasar CBD , yaitu :
- CBD memerlukan break even dalam setiap kegiatan yang dikelola. Dalam hal ini dimaksudkan keuntungan yang diperoleh harus dapat didistribusikan kembali pada masyarakat dalam bentuk program atau kegiatan pembangunan yang lainnya.
- CBD melibatkan partisipasi masyarakat dalam setiap proses perencanaan dan pelaksanaan yang dilakukan.
- Antara pelatihan dan pembangunan fisik dan pengembangan usaha menjadi satu kesatuan
- Dalam mengimplementasikan CBD harus dapat memaksimalkan dana baik dari pemerintah, swasta dan sumber-sumber donasi lainnya.
- CBD organisation harus memfungsikan diri sebagai katalisator.
Program CBD harus mencakup aspek sosial, ekonomi, budaya, politik, lingkungan dan spiritual. Pemberdayaan masyarakat telah dilaksanakan sejak awal kemerdekaan organisasi sosial dan keagamaan serta LSM dan berlanjut pada orde baru hingga era reformasi, hasilnya belum maksimal masih banyak mengalami kendala, terkesan belum siap menghadapi tantangan dan peluang dari era Chafta.
Kelemahan Pemberdayaan Masyarakat
Beberapa kelemahan dari pemberdayaan masyarakat yang dapat dikumpulkan adalah sbb :
- Kegiatan pemberdayaan rakyat selama ini ditujukan pada masyarakat lokal dan befokus pada society problems ( Edy Suharto, 2011). Padahal masalahnya tidak sebatas itu saja, akan tetapi menjangkau baik aspek mikro dan makro. Dengan pemberdayaan masyarakat bisa terwujud kemampuan dari diri sendiri dan dari luar untuk memiliki bargaining power.
- Ketergantungan pada pada sumber dana dari luar . Penerapan pemberdayaan masyarakat dengan konsep CBD mengandalkan dana dari luar ( bantuan pemerintah, asing ).
- Struktur perekonomian yang berat sebelah diatas dan rapuh di bawah. Hal itu terjadi karena kurang seimbangnya perhatian yang diberikan pemerintah Indonesia sejak awal sampai kini pada pengembangan ekonomi kelompok-kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah dibandingkan dengan kelompok-kelompok usaha besar.
Strategi Menghadapi Globalisasi
Pemberdayaan masyarakat dalam era globalisasi melibatkan segenap pihak dan dukungan kebijakan dari atas yang mendukung pertumbuhan dari bawah.
Di sektor perdagangan seperti yang dilakukan walikota Solo, Joko Widodo yang juga berjiwa enterpreneur itu; beliau mengembangkan pasar tradisional yang di dukung dengan kebijakan yang kondusif yang memudahkan pelaku ekonomi kreatif dan tidak menerima pasar modern masuk ke wilayahnya. Dalam kegiatan itu ia tidak menggunakan dana bantuan (asing), akan tetapi menggunakan potensi wilayahnya dan percaya pada kekuatan sendiri.
Di sektor pertanian, Indonesia adalah Negara agraris dengan sumber daya alam yang melimpah dan dengan profesi petani cukup besar. Untuk itu dapat dikembangkan berbagai konsep seperti agropreneurship dan technopreneurship
Agropreneurship adalah berbagai upaya yang dilakukan dalam memanfaatkan peluang industri agribisnis (Brathwaite, 2009). E Gumbira Sa’id menyatakan, untuk hal ini para petani dan calon agropreneur harus memiliki cara berpikir dan bertindak sebagai wirausahawan. Pemikiran wirausaha akan membantu mereka mengembangkan kesadaran terhadap berbagai peluang bisnis yang terbuka luas, dan keyakinan untuk membangun keberhasilan untuk mencapainya. Selain itu perlu didukung oleh riset. Sebagai mana yang dituturkan prof E. Gumbira Sa’id :
Para petani di bagian selatan Taiwan, terutama Kaoshiung. Mereka adalah golongan manusia terkaya yang kemungkinan besar jati dirinya adalah petani. Begitu juga dengan petani di Provinsi Oita, Jepang, yang petaninya berhasil hidup dengan sejahtera. Mereka memiliki gerakan pemberdayaan pertanian dan hasil alam yang sangat menunjang bagi kemajuan negaranya. Hal yang dapat dilakukan untuk menunjang keberhasilan menjadi agropreneur salah satunya adalah melakukan riset dengan mengumpulkan berbagai rujukan tentang cerita keberhasilan dan kiat-kiat para agropreneur terdahulu.
Strategi pemberdayaan masyarakat lainnya adalah dengan melakukan green technopreneurship seperti pengembangan kampoeng smart di dusun Rejosari, kabupaten Sragen.
Pola pemberdayaan masyarakat yang dibutuhkan adalah yang menjunjung tinggi aspirasi dan potensi masyarakat untuk melakukan kegiatan swadaya, yaitu pola pemberdayaan yang sifatnya bottom-up intervention yang menghargai dan mengakui bahwa masyarakat lapisan bawah memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhannya, memecahkan permasalahannya, serta mampu melakukan usaha-usaha produktif dengan prinsip swadaya dan kebersamaan.
Strategi pemberdayaan masyarakat utamanya juga pada kualitas SDM. Pendidikan masyarakat harus ditingkatkan dalam membangkitkan kesadaran akan nasionalisme untuk mulai perubahan dari diri sendiri, dari hal yang kecil dan dilakukan mulai dari sekarang.
Ada 5 hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan proses pemberdayaan,itu :
- Konsep pemberdayaan hendaknya dapat dipahami oleh pemimpin.
- Terdapat perubahan budaya (culture change), baik pada budaya organisasi dan perusahaan,
- Pemimpin harus memiliki kesadaran dalam dirinya,bahwa dalam implementasi dari konsep-konsep pemberdayaan, pada akhirnya akan terjadi perubahan peran (role change), yang berimbas pada berkurangnya peran mereka.
- Masyarakat harus siap merubah dirinya dan menghilangkan hambatan mental yang ada dalam diri mereka.
- Proses pemberdayaan membutuhkan waktu dan energi dalam pendekatannya, karena bertujuan menangkap pikiran dan hati orang.
Dalam pemberdayaan rakyat harus kompak dan adanya arahan yang jelas dari pimpinan, ke mana dan bagaimana untuk mengatasi ini, serta jangan terlalu mudah mengadakan perubahan yang bersifat prinsip. Karena itu, diperlukan pemimpin yang tidak saja populis namun memiliki kemampuan baik sebagai leader maupun manajer.
Pemberdayaan di era global membutuhkan kekuatan moral baik dari pemimpin maupun masyarakat. Diperlukan keseimbangan dalam aspek-aspek wawasan global, kebangsaan, keagamaan dan kemanusiaan. Serta perubahan culture set dari konsumtif ke produktif.
Menurut Profesor E. Gumbira Sa’id MA Dev ( 2011) ada 9 elemen kunci ekoefisiensi yang dapat meningkatkan daya saing global diantaranya :
- Aspek-aspek kepemimpinan (leadership),
- Kemampuan untuk meninjau ke depan (foresight),
- Budaya perusahaan atau bisnis yang mendukung (corporate culture),
- Teknik manajemen (management tools),
- Daur hidup manajemen (life cycle management),
- Riset dan pengembangan,
- Proses produksi dan operasi,
- Aspek pemasaran, serta layanan purna jual
- Pemanfaatan kembali limbah.
Perlu memiliki bekal ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, serta berinovasi untuk menghadapi persaingan global, seperti Malaysia dengan produk bisnis halalnya pada tahun 2010 berhasil menjadi pusat pangan halal internasional.
Kesimpulan
Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang diimplementasikan selama ini masih problem based. Padahal ketidak berdayaan masyarakat meliputi segala aspek, selain faktor pendidikan, juga faktor struktural dan sosial serta kondisi lingkungan dan kebijakan – kebijakan yang kurang kondusif untuk menumbuhkan kreativitas dan produktivitas pelaku ekonomi mikro dan usaha kecil menengah dalam mengembangkan potensi lokal.
Untuk memajukan potensi daerah perlu bekal pengetahuan teknologi dan inovasi serta kreativitas kearah agropreneurship dan technopreneurship . Untuk itu perubahan cara berpikir dan bertindak sebagai wirausahawan diperlukan. Mencontoh kegiatan pemberdayaan yang berhasil, maka pemberdayaan masyarakat perlu sejalan dengan kegiatan riset.
Pada era global perlu pemberdayaan yang menyeluruh baik aspek mikro dan makro, baik dari dalam diri maupun dari luar yang melibatkan segenap komponen masyarakat. Adanya kompetensi entrepreneur sangat penting. Diperlukan pula pemimpin yang tidak hanya populis, akan tetapi juga mampu sebagai leader maupun manajer dan memiliki kekuatan moral.
Sumber: http://pusdiklat.depnakertrans.go.id/
Daftar pustaka
Hidayat, S. 2001. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat : sebuah rekonstruksi konsep CBD.PT. Pustaka Quantum, Jakarta
Suharto,E. 2011. Pemberdayaan rakyat. Ceramah diklat PIM II. LAN, Jakarta
Sa’id. E.G, 2011. Wawasan, Tantangan, dan Peluang Agrorechnopreneur Indonesia: IPB Press., Bogor.
http://www.slideshare.net/DadangSolihin/perencanaan-dan-pelaku-pembangunan-247508?from=share_email
http://www.depsos.go.id/unduh/A_Priyatna.pdf
http://kamal2k5.multiply.com/journal/item/2)
http://emperordeva.wordpress.com/about/pemberdayaan-masyarakat-miskin-di-era-otonom
http://festivalilmiah.uns.ac.id/2011/07/32-kampoeng-smart.